Selasa, 09 Oktober 2012

Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu


Darah muda darahnya para remaja. Yang selalu merasa gagah. Tak pernah mau mengalah. Masa muda, masa yang berapi-api. Yang maunya menang sendiri. Walau salah tak perduli. Darah muda
 
Biasanya para remaja. Berpikirnya sekali saja. Tanpa menghiraukan akibatnya. Wahai kawan para remaja
Waspadalah dalam melangkah. Agar tidak menyesal akhirnya
 
Darah muda darahnya para remaja. Yang selalu merasa gagah. Tak pernah mau mengalah. Darah muda
 

LAGU Raja Dangdut Bang Haji Rhoma Irama kali ini mengkritisi prilaku para remaja di Indonesia. Tawuran antarpelajar, hal yang konyol di lakukan oleh remaja di Indonesia. Kenapa? Bukan saatnya kita terpecah belah. Mau dibawa kemana negara ini apabila pemuda, pemimpin di masa mendatang Indonesia tidak bisa duduk berdampingan secara damai? Bagaimana nasib Indonesia lima tahun sampai sepuluh tahun ke depan?

Sungguh sangat disayangkan tawuran antarpelajar yang terjadi akhir-akhir ini. Korbannya tidak main-main. Sepanjang 2012 tercatat 18 nyawa melayang sia-sia dalam tawuran antarpelajar di Indonesia. Memang betul kata pepatah, Menang jadi arang kalah jadi abu. Tawuran pelajar memang tidak ada gunanya,  yang menang dan yang kalah sama-sama merugi. Bagi pemenang, pintu jeruji sudah menanti. Dan bagi yang kalah, akan menjadi korban sia-sia. Betapa ruginya pemuda yang melakukan tawuran. Mereka hanya mementingkan gengsi semata dan tidak memikirkan dampak yang begitu besar bagi masa depanya. Masa muda adalah masa yang sangat rawan, begitu menentukan masa depan kita. Apabila masa muda kita sudah jatuh, maka penyesalan di masa tua tiada henti-hentinya.

Pendidikan berkarakter memang perlu dilakukan secara merata di sekolah. Bunyi sila ketiga Pancasila yakni tentang persatuan Indonesia sebaiknya tidak hanya dihafalkan, namun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, tawuran bertolak belakang dengan bunyi sila ketiga. Hal itu hanya akan menimbulkan perpecahan dan permusuhan sesama generasi muda bangsa.

Meski demikian, tidak ada kata terlambat untuk berbenah diri. Sekolah menjadi tempat yang tepat untuk sosialisai persatuan Indonesia. Guru bisa membekali anak didiknya tentang karakter yang harus dimilki oleh seorang pelajar. Di samping belajar, siswa diharapkan mempunyai sopan santun terhadap sesama. Baik itu tingkah laku terhadap guru di sekolah, orangtua di rumah dan juga dalam bergaul dengan teman sebaya. Pendidikan karakter inilah yang harus selalu diberikan kepada pelajar agar mereka bisa selalu menghargai orang lain.

Tidak ada salahnya pelajar-pelajar yang melakukan tawuran bisa berjabat tangan kembali. Mereka bisa saling bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan yang positif. Ibarat lidi, sebuah lidi tidak akan mampu membersihkan sampah yang berserakan di suatu halaman. Tapi kumpulan lidi yang diikat erat dengan seutas tali sampai menyatu pasti akan mampu membersihkan sampah-sampah yang berserakan di suatu halaman. Artinya, dengan kita bersatu mengerahkan semua tenaga, pasti segala pekerjaan yang sulit bisa dengan mudah diselesaikan. Namun apabila kita bercerai berai, pekerjaan yang sulit hanya akan menumpuk tidak akan ada penyelesaianya. Jadi, bersatulah wahai pemuda Indonesia, karena nasib bangsa ini ada di tanganmu.

Eki Tirtana Zamzani
Mahasiswa Pendidikan Matematika
IAIN Sunan Ampel Surabaya
(//rfa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar